√ Kopi Ini Hanya Untuk Rembulan: Imajinasi Ketika Kopi Di Atas Meja - alamatbima

Kopi Ini Hanya Untuk Rembulan: Imajinasi Ketika Kopi Di Atas Meja

Kopi Ini Hanya Untuk Rembulan: Imajinasi Ketika Kopi Di Atas Meja

Inspirasi Kopi: Kopi Ini Hanya Untuk Rembulan
Foto : Dok Pribadi


Hari ini kembali menemukan sebuah cerita. Namun sedikit berbeda karena kopi adalah topik yang menjadi pembahasan. Tak salah kan bila kopi? Yah namanya juga kopi pasti tak perlu dijelaskan lagi apa itu kopi dan kopi itu dari mana. Namun yang akan di telaah kali ini adalah kopi ku ini untuk siapa?

Kebetulan memang kopi adalah minuman yang sering ku genggam dan ku tenggak. Malam ini kembali ku seduh kopi dalam takaran yang sama dan masih dengan gelas yang sama. Teringat tentang pengalaman sedikit menuai cerita tentang kopi yang pernah ku tenggak.

Senja berganti malam. Dan bintang kembali datang menghiasi wajah langit tanpa Rembulan. Hampir semua kopi yang ku seduh hanya untuk diri sendiri. Tapi merasakan kehadiran Rembulan malam itu sangatlah ku nantikan. Sampai ku sediakan kopi untuknya namun tak kunjung datang. 

Terdengar suara hentakan kaki kecil dari kejauhan. Tanpa basa-basi dia menghampiri dan membunyikan musik merdu. "Mengapa tak kau tenggak kopi ini" ucapnya sembari memegang cangkir kopi di atas meja. Ku hempaskan tangannya sembari ku jawab dengan suara pelan "kopi ini hanya untuk Rembulan". Dia hanya mengangguk seperti tanda mengerti, itulah yang kulihat. Namun entah memang betul mengerti atau tidak aku tak tahu. 

Hampir beberapa jam musik masih berdering dan dia juga tetap memandang kopi di atas meja. Aku tak menghiraukannya dan aku hanya bisa termenung dalam malam sembari menunggu Rembulan datang. Tapi langit hanya terdiam dan terlihat seperti mengejek karena ulahku. Tapi aku tak patah semangat dan masih terus menunggu.

Tak lama kemudian musik tiba-tiba berhenti. Aku melihat kearah kursi yang tadinya ditempati oleh orang tak ku kenal menjadi kosong. Nampaknya dia kembali melanjutkan langkahnya dan pergi meninggalkan ku berserta kopi untuk Rembulan. Timbul pertanyaan berat yang membingungkan setelah kepergiannya. Apakah cara menyeduhku salah, hingga Rembulan enggan datang malam ini. 

Kopi ini hanya untuk Rembulan. Memang begitulah yang kuinginkan. Tapi mengapa tak kunjung datang. Aku masih berharap dan menunggu seraya menuliskan beberapa bait kalimat tak jelas tanpa diksi. Menyambung harapan yang ku anggap penting namun tak begitu menurut orang lain. Aku hanya menanti Rembulan. Hingga ayam menantang sinar jingga aku masih menanti. Kopi yang tak tahu rasanya kini menjadi apa masih belum tersentuh. Mungkin sedingin salju di atas gunung. Mungkin juga jadi tak semanis madu. Dan Rembulan tak kunjung datang.

Kopi Ini Hanya Untuk Rembulan

By Bima Widjanata Suwaji

6 komentar